Masa Depan

Donny Setiawan
2 min readMay 19, 2022
Foto oleh Melanie Wasser via Unsplash

Ketika saya masih duduk di sekolah dasar. Saya terus bertanya dalam hati, “Bagaimana rasanya memiliki banyak teman? Bagaimana rasanya memiliki kenyamanan selama berada dalam keramaian?”

Dan tanpa saya sadari, saya masih bergelut memikirkan hal itu sampai dewasa ini.

Manusia takut akan masa depannya. Benarkah?

Saya tidak membenarkan bahwa apa yang berada di masa depan selalu berujung buruk dan kelam.

Manusia selalu ingin berujung pada hal yang baik

Perpisahan adalah hal yang pasti.

Ketidaktahuan melahirkan ketakutan.

Ketika saya kembali menuliskannya lagi, ada dorongan untuk selalu berbuat benar. Dan pengakuan adalah air penawar dahaga.

Manusia tidak ada yang sempurna.

Ketika pemikiran mengenai apa yang akan terjadi pada diri sendiri, manusia terus menyangkal akan kejatuhannya.

Di masa depan, apa yang akan bertemu dengan kita?

Apakah saya akan hidup miskin?

Apakah ketika saya lulus kuliah nanti, jurusan serta ilmu-ilmu itu tidak akan berguna?

Apakah saya akan terus selamanya sendiri?

Bagaimana jika nantinya saya mati di usia muda?

Pemikiran-pemikiran semacam begitu yang membikin manusia tersentak untuk berhenti demi melanjutkan langkahnya lagi.

Saya ingin menjadi penulis. Dan harus menulis.

Tidaklah ada sangkaan bahwa manusia yang penuh dengan dunia khayalan ini akan terus berjuang meraih mimpinya.

Mimpi.

Kadang manusia ingin sempurna.

Kita tidak sempurna. Dan tak akan pernah bisa sempurna.

Ketika dunia pekerjaan berbenturan dengan dunia pribadi, mana yang lebih didahulukan?

Pemikiran tentang kesempurnaan bagi manusia. Tidak akan ada habisnya.

Sampailah pada penghakiman dan pikiran-pikiran negatif.

Jatuhlah ia, serta martabatnya.

Tak dipandangi ia sebagai makhluk yang penuh dengan batasan.

Akan tinggilah ia, merasa punya kehendak melakukan segalanya.

Belum habis penyiksaan yang ia ciptakan, lalu muncul lagi siksaan berikutnya.

Tak ada yang perlu ditakuti.

Manusia memang makhluk tak sempurna dan terus begitu.

Ketika ada hal yang berada di luar kehendak kita, kita akan terus memperbaikinya.

Sampai lelah sendiri. Dan terhenti sendiri.

Benarkah masa depan menakutkan?

--

--