Ilmu Kebahasaan
Pendahuluan pengertian umum linguistik: bagian satu.
Apa itu Linguistik? Bisa dikatakan dan agar bisa lebih mudah dipahami bahwa Linguistik adalah ilmu bahasa, yang mempelajari bahasa.
Apa yang dipelajari tentang ilmu bahasa itu dalam Linguistik?
Bidang ini tentu akan melatih kemampuan menganalisis bahasa secara keilmuan yang ditinjau melalui sudut pandang objektif. Jangan samakan bidang ini dengan belajar untuk menguasai bahasa asing (bahasa tertentu) secara umum.
Orang yang menekuni bidang linguistik, atau orang yang ahli dalam hal ini bisa juga disebut Linguis.
Seorang linguis (ahli bahasa) biasanya atau seharusnya, memiliki pengalaman maupun kemampuan dalam menganalisis.
Mungkin, secara sadar atau tidak, manusia sebetulnya telah menguasai bahasa secara intuitif yang memungkinkan mereka untuk tidak perlu bersusah payah mempelajari bahasa — jelaslah mengapa bidang kebahasaan dalam ranah pendidikan selalu dipandang sebelah mata.
Menganalisis melalui sudut pandang objektif di sini mirip dengan ‘membedah harta bahasa’, yang dimaksud adalah bahasa itu tak pernah ada ujungnya (tak pernah ada batasnya).
Keilmuan bahasa juga mencakup membedah sastra — salah satu ‘buah’ dari bahasa — yang dibaca dalam kelas ketika mata pelajaran atau mata kuliah tertentu, seperti ketika mengikuti kelas mata pelajaran bahasa Indonesia.
Contoh yang paling dasarnya, dalam membedah karya sastra itu ditujukan untuk dapat menjelaskan atau mempelajari bagaimana tulisan itu bisa mempengaruhi perasaan pembacanya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita, seperti menafsirkan tiap pesan yang masuk dalam obrolan daring juga bisa dikatakan sebagai kegiatan dasar dalam menganalisis bahasa — yang dapat dikatakan juga sebagai kemampuan analisis bahasa secara intuitif-subjektif.
Dalam cabang ilmu linguistik juga terdapat psikolinguistik, yaitu perpaduan antara ilmu jiwa dan bahasa.
Bahasa adalah bagian dari manusia yang tak pernah bisa dilepaskan. Begitu pun dengan bagian manusia lainnya, seperti sifat narsisme seseorang — yang mempresentasikan perasaan, emosi, atau kecintaan manusia terhadap sesuatu.
Seorang sastrawan menyalurkan kecintaannya terhadap karya berbentuk sastra, baik prosa, puisi, dan drama.
“Dalam karya sastra, misalnya sebuah novel, kita dapat membaca tokoh-tokoh yang mengalami gangguan kejiwaan, yang akan mempengaruhi perjalanan hidup selanjutnya, bahkan juga membahayakan orang lain yang ada di sekitarnya…” — Wiyatmi ‘Psikologi Sastra Teori dan Aplikasinya: 2011
Sebut saja William Shakespeare, Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Charles Dickens, Leo Tolstoy, dan sastrawan-sastrawan hebat lainnya yang memiliki dorongan kuat terhadap kecintaannya melalui hebatnya peran bahasa.[*]