Bagaimana Menulis Fiksi

Donny Setiawan
2 min readOct 5, 2023

--

Foto oleh Christin Hume via Unsplash

Menulis bukan hanya perkara mau atau tidak, melainkan lebih daripada itu. Menulis artinya mau memberikan segalanya, baik jiwa maupun raga ke dalam bentuk sebuah tulisan karena menulis tanpa rasa dan tindakan akan hanya sekedar pena di atas kertas. Bukan menjadi sesuatu untuk dibaca dan dikenang.

Menulis merupakan tentang pola pikir. Pola pikir di sini maksudnya adalah mindset. Tolok ukur manusia bertindak.

Penulis yang baik memiliki mindset ini. Jika ia mengikuti kata hati kemudian didukung dengan mindset yang bagus dan tepat, ia kemudian dapat menulis dengan cepat. Tidak terbata-bata pada beberapa kalimat atau pemilihan diksi, atau tema, atau alasan mengapa ia menulis.

Penulis yang baik dapat menulis dengan cepat. Dengan begitu ia dapat menguasai detail, menguasai teknik, dan menguasai proses dan persoalan mengenai kecakapan menulis.

Penulis yang paham atau menguasai detail, teknik, dan proses maupun persoalan akan dapat menulis dengan cepat. Dengan menulis cepat, ia menjadi penulis yang baik dan cakap.

Hal yang harus dilakukan oleh penulis yang baik:

  • Menulis itu adalah seperti “kegiatan bercakap-cakap”, “simpel”, dan “apa adanya” — di sini bukan berarti menulis dengan semena-mena tanpa memedulikan keefektifan tulisan.

“Menulislah sebagaimana Anda sedang bercakap-cakap dengan teman Anda.”

Hal yang seharusnya dihindari oleh penulis yang baik:

  • Menulis untuk kelihatan sempurna — dari awal hingga akhir. Dengan begitu, tulisan melahirkan kata-kata yang berlebihan.

“Menulislah dengan cepat, dengan begitu menghasilkan beberapa tulisan buruk. Gunakan kata-kata yang simpel, dengan begitu menghasilkan kalimat yang mudah dipahami.”

Show, Don’t Tell

Tunjukan, jangan beritahu adalah teknik yang mengkonkretkan konsep-konsep abstrak.

Seperti cinta, benci, dendam, sedih, frustrasi, marah.
Seperti kata dahsyat, cantik, pengap, dan lain-lain.

Mengkonkretkan konsep-konsep abstrak artinya mencari pengucapan secara tidak langsung terhadap sebuah konsep-konsep di atas.

Mengkonkretkan konsep-konsep abstrak memerlukan sebuah detail, untuk itu tugas penulis adalah mempunyai ingatan atas kejadian atau peka terhadap keharian di sekitarnya.

Cerita fiktif adalah kejadian yang dapat dikonkretan.

Cerita menghidupkan gambaran-gambaran nyata mengenai perilaku seseorang atau serangkaian kejadian yang bergerak dari situasi ke satu situasi selanjutnya.

Cerita fiktif tidak membicarakan tentang “cinta”, namun membicarakan mengenai “tindakan-tindakan seseorang yang tengah jatuh cinta”. ***

Laksana, A.S. (2020). Creative Writing. Tangerang: Penerbit Banana.

--

--

Donny Setiawan

Penggemar Bahasa, Sastra, dan Seni. | Language and Art enthusiast.