Apakah Kita Bisa Menulis Tulisan yang Sempurna

Donny Setiawan
3 min readOct 8, 2024

--

Foto oleh National Cancer Institute via Unsplash

Dalam menulis tentu kita sering dihadapkan dengan masalah-masalah teknis mengenai tulisan kita sendiri. Bahkan lebih ekstremnya, seorang penulis bisa menjadi pengkritis garis keras terhadap tulisannya sendiri.

Sebagai penulis tentu juga sering diingatkan, dalam menulis, diperlukan beberapa tahapan proses menulis sebelum tulisan itu dapat dikatakan sebuah hasil karya.

Jika dalam proses menulis ada tahapan menulis draf pertama, lalu kemudian masuk ke dalam tahap penyuntingan, hal ini menjelaskan kita bahwa betapa kecil celah penulis untuk menulis dengan tulisan yang sempurna.

Apabila ada penulis malas, seperti saya, biasa menulis tanpa melakukan pembacaan ulang dan penyuntingan secara menyeluruh, maka tidaklah heran hasil tulisan saya tidak akan pernah sempurna.

Namun, apakah benar kita bisa menulis tulisan yang begitu sempurna?

Kalimat Sempurna

Dalam bahasa Indonesia, dijelaskan jika seorang penulis ingin menghasilkan tulisan yang sempurna, tentu ia harus mengikuti pola kalimat yang mencakup S-P-O-K.

Definisi tulisan yang sempurna itu adalah tulisan yang memiliki susunan bahasa yang meruntut.

Kalimat sempurna merupakan susunan pola bahasa yang terdiri dari subjek, predikat, objek, serta keterangan. Kelengkapan atau kesempurnaan sebuah tulisan mewajibkan adanya empat unsur kategori itu, baru kemudian dapat dikatakan tulisan sempurna.

Tapi, benarkah hanya mencakupi keempat unsur kategori berikut? Tunggu dulu.

Paragraf Sempurna

Ketika masih berkuliah, dosen saya menyarankan kami (para mahasiswa) untuk biasa menulis satu paragraf, satu pokok bahasan.

Tujuannya tak lain supaya kita (para mahasiswa) dapat menulis sebuah argumen dengan rapih, tertata, dan sempurna. Ditambah dengan begitu, hasil tulisan bisa dengan mudah dianalisis dan dinilai.

Dalam paragraf sempurna ini, biasanya terdapat kunci kalimat atau topik utama, kalimat pendukung, serta kalimat penutup atau transisi yang saling berkaitan pada tiap paragrafnya.

Penetapan satu inti-masalah tiap satu paragraf ini akhirnya membuka mata kami (para mahasiswa). Bahwa dalam menulis tentu mempunyai sistematikanya sendiri yang tak boleh begitu kami sepelekan.

Begitu kita melek terhadap bahasan ini, sudahkah kita berhasil menulis tulisan yang sempurna? Belum tentu.

Wacana Sempurna

Dalam penyampaian bahasa yang sempurna tentu tak lepas dari wacana yang juga sempurna.

Wacana hubungannya dengan seberapa erat kaitan dan utuhnya suatu kalimat terhadap kalimat lain dalam tiap paragraf satu dengan paragraf lain.

Namun, apakah benar semua itu sudah menutup kemungkinan tulisan yang sempurna?

Akhir kata

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa untuk menjadi kalimat yang sempurna diperlukan aturan khusus yang menjadikan kalimat itu sempurna. Juga susunan proposisi-proposisi yang harus saling berkaitan, baru bisa menghasilkan tulisan yang sempurna.

Tapi, penjelasan kata ‘sempurna’ di sini dimaksudkan hanya pada kesempurnaan aturan tata baku penulisan saja, bukan kata ‘sempurna’ untuk menjadikan sebuah tulisan itu sempurna (secara keseluruhan).

Balik lagi ke pertanyaan di awal, apakah benar kita bisa menulis tulisan yang sempurna?

Jawabannya pun sampai saat ini masih dalam tanda tanya. (apakah benar bisa?”)

Tapi yang jelas, justru ada beberapa hal yang nampak membuat sebuah tulisan bisa dikatakan tidak sempurna.

Misalnya, ketidaksempurnaan kemampuan penulis dalam membawa ritme bacaan (faktor membuat pembaca masuk ke dalam tulisan serta lupa dengan keadaan sekitar) yang terkadang justru lebih sering membuat pembacanya kehilangan fokus. Kita malah lebih sering membaca sambil terus berusaha menghubungkan kembali suara kalimat di kepala berulang-ulang, bukan?

Kekeliruan penggunaan tanda baca yang juga selalu luput menjadi faktor mengapa tulisan bisa disebut tulisan yang tidak sempurna. Belum lagi pemilihan kosakata yang jumlahnya tak terbatas dan tak pernah sepenuhnya tepat.

Beberapa problematis penulisan di atas diakibatkan bukan hanya terjadi pada penulis pemula, bahkan penulis-penulis yang sudah lama pun turut terjadi.

Akhir kata, sampai saat ini, tulisan yang sempurna rasanya masih hanya sekedar bumbu sedap yang sering dibagikan kepada para penulis untuk bisa memotivasi mereka agar tetap menulis.

Karena pada kenyataannya, sekeras apapun penulis menyunting, menulis ulang, menambahkan, sepintar dan secerdas, atau apapun itu, tulisan sempurna nyatanya tidak pernah ada di dunia ini.[*]

Tulisan ini ditulis dengan setulus hati oleh penulis. Terima kasih telah membaca sampai sini.

--

--

Donny Setiawan
Donny Setiawan

Written by Donny Setiawan

Penggemar Bahasa, Sastra, dan Seni.

No responses yet